Jakarta, innews.co.id – Peran Kongres Wanita Indonesia (Kowani) begitu sentral dalam mendorong organisasi-organisasi perempuan anggotanya untuk tumbuh dan berkembang. Tidak hanya dalam hal pendidikan, tapi juga pemberdayaan perempuan secara menyeluruh.
Hal tersebut dikatakan Dr. Marlinda Irwanti Poernomo Ketua Kowani periode 2019-2024, yang digadang-gadang menjadi Calon Ketua Umum Kowani periode 2024-2029.
Komitmennya dalam meningkatkan peran perempuan adalah dengan mengajak Perpustakaan Nasional RI untuk lebih intens melibatkan organisasi perempuan dalam memperkuat literasi membaca.
“Saya usulkan kepada pihak Perpustakaan Nasional agar di setiap sekretariat organisasi perempuan anggota Kowani memiliki pojok bacaan. Dalam hal ini disediakan buku-buku bacaan yang bisa memperkaya ilmu kaum perempuan,” ujarnya kepada innews, di sela-sela Seminar Literasi Kowani dan Perpustakaan Nasional, di MK Hotel, Jakarta, Senin (25/11/2024).
Selain itu, dirinya mengusulkan agar menyediakan portal digital bagi kaum perempuan yang suka menulis atau membuat buku.
Mitra pemerintah
Baginya, Kowani harus menjadi jembatan (bridging) yang akan membantu organisasi-organisasi perempuan anggotanya untuk bermitra dengan pemerintah. “Kowani adalah federasi dengan anggota 111 organisasi perempuan. Karena itu, Kowani harus menjadi payung dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang sama dengan anggotanya. Melainkan lebih ke level kebijakan (regulasi),” urainya.
Kowani, lanjutnya, harus mampu mengencourage anggota-anggotanya untuk tumbuh dan berkembang. Dirinya akan memaksimalkan hal tersebut bila kelak dipercaya menjadi Ketum Kowani. “Kekuatan Kowani terletak pada anggota-anggotanya. Jadi, bukan Kowaninya yang muncul,” tegasnya.
Marlinda juga menyampaikan, Kowani harus menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun kolaborasi dan kerja sama dengan pemerintah, sementara implementasinya ada di organisasi-organisasi anggotanya. Misal, Kowani melakukan MoU dengan Kementerian/Lembaga, sementara tataran implementasi di tingkat anggotanya.
Kowani juga memberi masukan-masukan ke DPR atau pemerintah berkaitan dengan perempuan dan anak. Apalagi saat ini sudah era digital, di mana banyak perubahan yang terjadi dan butuh fokus untuk melakukan perubahan demi perubahan.
Dirinya menilai, anggota Kowani harus bisa merasakan manfaat dalam berorganisasi. Tidak hanya sekadar kumpul-kumpul, tapi bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi pemberdayaan kaum perempuan.
Marlinda mencontohkan, bila dirinya terpilih, akan melakukan klasterisasi terhadap organisasi perempuan yang ada. “Kan ada yang fokus pada pendidikan, UMKM, atau yang lainnya. Setelah diklasterisasi, baru kita coba jembatani kemitraan seperti apa yang bisa dikembangkan dengan pemerintah. Itu peran Kowani,” tukasnya.
Dengan begitu, tiap organisasi akan fokus menjalankan programnya tanpa garus tumpang tindih dan jalan masing-masing. “Nanti akan kita kembangkan pola kolaborasi dan sinergi dengan pihak-pihak terkait,” tambahnya.
Bila itu berjalan, kata Marlinda, kita bisa tunjukkan bahkan ke dunia luar bahwa organisasi-organisasi perempuan di Indonesia begitu kompak dan aktif dalam melaksanakan programnya. “Kowani tidak menjadi organisasi pelaku, tapi hanya sebagai mitra dan penhambung lidah para anggota ke pemerintah,” tukasnya.
Perbaiki AD/ART
Bicara Kongres Kowani, Marlinda juga menyerukan agar euphorianya jangan hanya fokus pada pemilihan Ketum, melainkan harus dilihat apakah AD/ART Kowani sudah mengikuti perkembangan zaman atau belum.
“AD/ART tentu harus menyesuaikan perkembangan zaman. Apakah Kowani sebagai payung organisasi perempuan terbesar di dunia sudah inklusif, holistik, dan inovatif. Kalau manfaatnya belum dirasakan, untuk apa?” cetusnya.
Dirinya rindu Kowani menjadi organisasi yang benar-benar memberi perhatian besar bagi pemberdayaan perempuan, tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia.
“Dunia sudah mengakui dan kagum dengan Kowani. Tapi kembali kita lihat apa saja yang sudah dilakukan oleh Kowani kedalam maupun keluar,” tegasnya. (RN)
Be the first to comment