Jakarta, innews.co.id – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggandeng berbagai komunitas perempuan yang terhimpun dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk meningkatkan literasi membaca di lingkungan keluarga dan komunitasnya, dalam acara Seminar Literasi yang diadakan di MK Hotel, Jakarta, Senin (25/11/2024).
Acara tersebut secara resmi dibuka oleh Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian Ketua Komisi X DPR RI, didampingi oleh Dr. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd., Ketua Umum Kowani, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI Dr. Adin Bondar, dan Sri Suparni Bahlil (Ketua Dewan Penasihat Hanida Foundation).
“Unesco dalam laporannya tahun 2022 menyebutkan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang hanya satu orang yang rajin membaca,” ungkap Ketua Komisi X DPR RI.
Kondisi demikian sangat memiriskan. Menurutnya, harus dibangun habitus membaca bagi anak-anak di rumah. Salah satunya dengan menyediakan bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia anak.
“Kecakapan literasi mempengaruhi perkembangan sosial, kognitif, dan emosional anak. Kemampuan literasi sangat dibutuhkan anak sejak dini,” ucapnya lagi.
Sementara itu, Giwo Rubianto Wiyogo menekankan pada bagaimana pemerintah lebih memaksimalkan perannya dalam mendorong kaum perempuan menjadi pendidik utama dalam keluarga. “Pemerintah harus memperluas sosialisasi kepada kaum perempuan terkait peningkatan literasi, termasuk memberi kesempatan dan akses pendidikan yang lebih baik lagi,” tukasnya.
Dalam sambutannya, Adin Bondar menyebutkan, tahun ini Perpusnas telah mengadakan sosialisasi peningkatan literasi kepada lebih dari 170.000 orang. Dirinya menyambut baik kerja sama dengan Kowani dan organisasi lainnya agar lebih efektif untuk menjangkau lebih banyak lagi dalam memperkuat literasi membaca ditengah masyarakat.
Pada bagian lain, Dr. Marlinda Irwanti Poernomo Ketua Kowani periode 2019-2024, yang menjadi salah satu pembicara menekankan bahwa perempuan adalah Ibu Bangsa yang punya tanggung jawab mempersiapkan anak-anak menjadi pemimpin di masa depan.
“DNA kecerdasan itu datang dari seorang ibu. Jadi, seorang ibu harus cerdas. Untuk itu perlu peningkatan akses literasi dan pendidikan bagi kaum perempuan,” serunya.
Bahkan, dirinya secara khusus meminta kepada Presiden Prabowo Subianto untuk mendirikan sekolah khusus perempuan, semacam collage begitu secara gratis. “Data menyebutkan perempuan-perempuan yang tidak lulus SD cukup banyak. Kalau begitu bagaimana perempuan bisa menjadi pendidik utama dalam keluarga kalau SD saja tidak tamat. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama, di mana wajib belajar 9 tahun belum maksimal dilaksanakan,” serunya.
Marlinda melihat peluang itu ada, kebetulan Kementerian Pendidikan sudah dipecah dua, sehingga bisa lebih fokus lagi memastikan wajib belajar 9 tahun sukses dan akses pendidikan terhadap perempuan harus diwujudkan. Minimal perempuan harus lulus SMA.
Narasumber lain, Prof Valina Singka Subekti Guru Besar Ilmu Politik UI mengatakan, literasi membaca kaum perempuan harus ditingkatkan kalau negara ini mau maju. “Pelibatan kaum perempuan mutlak dilakukan dalam menyiapkan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045 nanti,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment