Jakarta, innews.co.id – Kendaraan yang mengular hampir sepanjang 5 kilometer di Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok, dipicu oleh peningkatan arus barang peti kemas yang melakukan receiving delivery setelah selesainya masa arus mudik Lebaran 2025.
Kabarnya, kemacetan terjadi karena ada penambahan volume bongkar muat di pelabuhan New Priok Container Terminal (NCPT) 1, di mana tiga kapal yang berlabuh di luar jadwal yang semestinya. Sehingga dari normalnya arus peti kemas maksimal 2.500 per hari, ketika itu sampai berjumlah 4.200 peti kemas.

Namun, hal tersebut tentu melahirkan kerugian secara ekonomi. “Kemacetan tersebut tentu merugikan dunia usaha. Kerugian yang paling dirasakan adalah melonjaknya biaya operasional,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Menurut Diana, kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah, antara lain menyangkut biaya operasional/biaya logistik yang meningkat, penurunan produktivitas, terganggunya rantai pasokan, menggerus profit perusahaan, dan bahkan dapat menyebabkan hilangnya pendapatan bagi pengusaha.
Bukan hanya biaya operasional, kerugian lainnya karena terganggunya produksi dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu. Belum lagi kerugian lingkungan akibat polusi udara yang dihasilkan oleh ribuan kendaraan yang terjebak macet.
Diana menjelaskan bahwa di pelabuhan sangat banyak bidang usaha yang saling terkait. Sehingga masalah ini tentu tidak bisa diselesaikan oleh Pelindo saja. Keterlibatan para pelaku usaha, mulai dari jasa clearance di pelabuhan jasa pelayaran, badan karantina, juga pihak bea cukai. Demikian juga penyedia trucking harus juga di atur dengan cara berkeadilan.
*Masalah kemacetan di pelabuhan harus ditangani secara komprehensif dan bersama-sama,” seru Founder Toko Daging Nusantara ini.
Aktifkan Cikarang Dry Port
Diana mengusulkan, agar kemacetan horor di Pelabuhan Tanjung Priok tidak berulang lagi, maka fasilitas pelabuhan harus ditingkatkan dengan menambah infrastruktur pendukung, seperti lapangan kontainer dan crane.
Juga mengoptimalkan penggunaan teknologi seperti sistem manajemen pelabuhan dan aplikasi pelacakan kontainer. Lainnya, meningkatkan koordinasi antara pihak-pihak terkait, seperti Pelindo, kepolisian, dan perusahaan logistik, untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi kemacetan.
Selain itu, penggunaan transportasi multimoda ditingkatkan seperti kereta api dan kapal, untuk mengurangi ketergantungan pada transportasi darat dan mengurangi kemacetan. Dan, mengoptimalkan jam operasional pelabuhan dan perusahaan logistik untuk mengurangi puncak kemacetan dan meningkatkan efisiensi.
Tak kalah pentingnya juga memaksimalkan operasionalisasi Cikarang Dry Port, yang selama ini belum sepenuhnya dilakukan. (RN)