Jakarta, innews.co.id – Pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) Universitas Trisaksi pada Rapat Umum Anggota (RUA), yang rencananya akan digelar tahun ini, berlangsung dinamis dan menarik perhatian publik.
Pasalnya, sejumlah nama pejabat negara dan tokoh-tokoh nasional yang merupakan alumni dari lembaga pendidikan yang kerap digelari ‘Kampus Reformasi’ ini memenuhi bursa pencalonan.
Sebut saja, Todotua Pasaribu (Wakil Menteri Investasi), Maman Abdurrahman (Menteri Koperasi dan UKM), Dudy Purwagandy (Menteri Perhubungan), Fernando Rorimpandey (Ketua Umum Laskar Trisakti), Sahala Siahaan (Advokat Senior), Sari Yulianti (Bendum Golkar dan Anggota DPR RI), Boby Rizaldi (Anggota BPK RI), dan Raden Adjeng Sondaryani (Komisaris Independen Pertamina).
Munculnya nama-nama tokoh nasional disambut baik oleh Ketua IKA Trisakti Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Ramses Tobing.
Para tokoh ini mencerminkan luasnya kiprah alumni Trisakti dalam percaturan nasional. Namun di luar itu, muncul harapan besar dari para alumni untuk menjadikan IKA Trisakti sebagai organisasi yang bukan hanya simbolik, tetapi juga strategik.
“Kami siap berkontribusi lebih dari sekadar karya—FSRD memiliki alumni yang berintegritas dan visioner. Dua nama yang kami anggap layak adalah Yenny Wahid dan Oliver Simbolon” ungkap Ramses.
Menurutnya, Yenny Wahid, selain dikenal sebagai tokoh nasional, saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kepemudaan.
Sementara itu, Oliver Simbolon dikenal luas sebagai profesional kreatif yang telah sukses membawa pendekatan inovatif dalam industri komunikasi dan seni. Slogan “We Are Blue Jackets” adalah semboyan soliditas alumni.
Calon kuat lain yang siap bertarung adalah Silmy Karim (Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum IKA Trisakti (incumbent).
Banyak pihak menilai, Silmy Karim terbukti selama menjadi Ketum IKA Trisakti berhasil membuat soliditas seluruh para alumni lintas fakultas dalam lingkungan universitas, sekolah tinggi, dan institute.
Sejumlah alumni menyuarakan pentingnya IKA Trisakti tampil sebagai kekuatan kolektif yang berdampak nyata.
“Sudah saatnya IKA Trisakti menyatukan kekuatan 149.000 alumni-nya untuk saling menguatkan. Alumni Trisakti tersebar di berbagai sektor. Kita ini kekuatan bangsa, tapi tanpa sinergi yang dikelola serius, impact-nya tidak optimal,” ujar Nina salah satu alumni Fakultas Hukum.
Menurutnya, Alumni Trisakti selama ini telah berkontribusi dalam pembangunan Indonesia, baik melalui pemerintahan, profesi, dunia usaha, maupun aktivitas sosial. Karenanya, pemilihan Ketua Umum IKA Trisakti mendatang bukan sekadar memilih figur, tetapi juga arah baru gerakan alumni: dari networking ke nation building.
RUA IKA Trisakti 2025 dipandang sebagai momentum penting untuk regenerasi organisasi alumni yang adaptif, berorientasi solusi, dan relevan dengan tantangan zaman. (RN)