Jakarta, innews.co.id – Sejatinya, demonstrasi dimaknai sebagai sebuah wahana menyampaikan pendapat secara terbuka. Namun kerap demo yang terjadi diwarnai dengan aksi-aksi anarkhis. Bagaimana pengusaha melihat realitas demikian?
“Aksi demonstrasi tentu memiliki dampak bagi perusahaan. Misal, buruh yang berdemo tentu akan membuat stagnasi jalannya suatu usaha, di mana produksi tidak akan berjalan baik. Sementara bila demo yang dilakukan oleh mahasiswa misalnya, tentu berdampak pada mobilitas usaha oleh karena kondisi jalan macet atau sengaja ditutup atau mengalami peralihan rute dan sebagainya,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Diana melanjutkan, bila sebuah demo sampai terjadi aksi anarkhis tentu berdampak pada ekonomi secara umum, di mana pelaku usaha merasa tidak aman dalam berusaha di suatu wilayah/negara. “Ini jelas merugikan perekonomian negara karena investor tidak akan berani menanamkan modalnya di negara/wilayah yang dirasa tidak aman,” tukasnya.
Menurutnya, demonstrasi yang berkepanjangan atau berlangsung terus menerus akan mendorong terjadinya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah di pasar global. Juga melahirkan kekhawatiran bagi masyarakat untuk keluar rumah. Hal tersebut tentu akan berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat.
“Sebagai bentuk penyampaian aspirasi, tentu saja demo diperbolehkan secara perundang-undangan, sepanjang bisa dilakukan dengan baik dan tidak anarkhis,” saran CEO Suri Nusantara Jaya Group ini.
Suku bunga
Alih-alih soal demo, belakangan ada sinyal Federal Reserve alias The Fed ingin memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di September 2024 ini. “Mungkin itu sesuatu yang baik. Namun, meski FFR diturunkan, mengingat kurs rupiah terhadap dollar Amerika masih undervalued, sulit bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunganya,” aku Diana.
Dia mencontohkan, per 21 Agustus 2024, BI masih menahan rate di level 6,25%. Sebab, bukan tidak mungkin penurunan FFR yang dilakukan oleh The Fed membuat dollar Amerika melemah. Tentu kondisi demikian juga tidak diinginkan. Karena itu, ujarnya, kita masih harus mewaspadai penurunan FFR yang dilakukan The Fed.
Diana mendorong para pelaku usaha untuk terus memantau perkembangan kurs di pasar global karena ada banyak faktor pemicu naik turunnya nilai tukar mata uang, termasuk kondisi geopolitik dunia. (RN)
Be the first to comment