Jakarta, innews.co.id – Konsep moderasi beragama sejatinya telah berlangsung sejak dulu di Tanah Papua. Kerukunan antar-warga dengan sikap saling menghormati satu sama lain menjadi pemandangan biasa di keseharian. Meski begitu, sesekali satu dua masalah juga muncul. Namun, bisa segera diselesaikan.
“Secara umum, bicara kerukunan beragama di Papua sangat baik selama ini. Tidak ada hal yang terlalu mengkhawatirkan karena warga di sana sejak dulu sangat cinta damai dan mengedepankan kerukunan,” ujar Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB),” Papua Pendeta Lipiyus Biniluk, M.Th., kepada innews, di Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Terakhir, lanjut Lipiyus, muncul masalah terkait pendirian Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Nur Al Fitrah di Perumahan Jaya ABRI RNTROP GKI Penabur Jaya Asri. “Pada dasarnya pihak gereja tidak keberatan dengan pembangunan pesantren tersebut. Hanya saja lokasinya yang kurang sesuai,” terangnya.
Dikatakannya, selama ini FKUB Papua terus mensosialisasikan kepada semua pihak, bilamana ingin mendirikan rumah ibadah atau sekolah keagamaan harus mengkomunikasikan dengan warga sekitar. “Jangan juga ujug-ujug langsung membangun sementara warga sekitar lokasi tidak tahu. Harus bisa dikomunikasikan dengan baik,” tegasnya.
Jadi, masalah umum dalam hubungan antar-agama di Papua adalah soal miskomunikasi, tidak ada tendensi lain-lain.
Karena itu, dalam Pilkada Serentak di Papua, Pdt Lipiyus mengingatkan agar masyarakat bisa benar-benar terlibat dalam menjaga kerukunan dan kedamaian. Jangan mudah tersulut bila ada provokasi-provokasi yang tidak sehat.
Demikian juga dalam menentukan pilihan, jangan ada intervensi, intimidasi, atau money politics. “Biarlah warga bebas memilih paslon mana yang tentunya sesuai dengan hati nuraninya dan memiliki kemampuan yang baik untuk membawa Papua lebih baik lagi kedepannya,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment