Jakarta, innews.co.id – Polemik rencana rumah ibadah di Kelurahan Buntu Burake, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Kapolres Tana Toraja, AKBP Budi Hermawan, Minggu (8/6/2025) lalu, ramai diperbincangkan di media sosial.
Berbagai komentar pro kontra dari netizen bermunculan menyikapi kondisi tersebut. Mayoritas netizen memahami duduk persoalan tersebut dan mendorong agar bisa diselesaikan secara baik-baik.
Salah satu yang menarik adalah seruan “Copot kapolres tana toraja” yang disuarakan pemilik akun sepakxxx. Hal tersebut diperkuat oleh Mr. xxx yang mendesak Kapolres TaTor dicopot. “ganti Kapolres tator”, tulisnya lugas. Lebih ekstrem lagi ditulis netizen lain yang menyatakan, “yang merusak itu Kapolres Tator yang baru menjabat”.
Mereka menyayangkan sikap Kapolres yang melakukan peletakkan batu pertama tanpa mengecek lebih dulu, apakah rumah ibadah tersebut sudah mengantongi izin atau belum.
Salah seorang netizen dengan akun xxxx gapura dengan bijak berucap, “silahkan tolak jika melanggar… saya muslim tp jika tanpa ijin perbes 3 menteri baiknya dibatalkan”.
Sebelumnya, Romo Vius Octavius dari Keuskupan Agung Makassar membenarkan bahwa peletakkan batu pertama tersebut menimbulkan polemik di masyarakat.
“Masalah pertama adalah Kapolres tidak memberi contoh yang baik bagaimana sebagai aparat mengikuti proses pendirian rumah ibadah sesuai aturan yang berlaku. Dalam hal ini seperti yang terdapat dalam SKB 3 Menteri,” kata Romo Vius, melalui pesan WA-nya, Senin (9/6/2025) lalu.
Masalah lainnya, tidak ada sosialisasi dari Kapolres sebagai pihak yang akan melakukan peletakan batu pertama pendirian rumah ibadah di lokasi suci Bukit Tuhan Yesus Memberkati Burake Tana Toraja, sehingga menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Diketahui, dalam SKB 3 Menteri jelas dikatakan bahwa rumah ibadah yang didirikan selain memiliki IMB, juga ada persetujuan dari warga sekitar, dan memiliki rekomendasi FKUB setempat.
“Banyak warga di sekitar lokasi tidak tahu menahu tentang rencana tersebut. Ini sangat disayangkan. Apa Kapolres tidak mengecek terlebih dahulu sebelum melakukan peletakan batu pertama?” tanyanya.
Menyikapi hal tersebut warga mengundang tokoh-tokoh masyarakat dan lintas agama, termasuk dari FKUB untuk membahasnya. Hasil pertemuan tersebut, dengan tegas masyarakat menolak pendirian rumah ibadah tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, Kapolres TaTor belum memberikan pernyataan resmi. (RN)