Jakarta, innews.co.id – Pengembangan manusia yang paripurna tidak hanya soal kompetensi, tapi yang terutama adalah menciptakan keseimbangan antara kesehatan mental, emosional/fisik, dan ritme otak. Sebab, hal tersebut yang mempengaruhi kompetensi seseorang.
“Kompetensi seseorang akan maksimal bila mental, emosional, dan ritme otak seimbang. Karena komponen tersebut yang menjadi fondasi dari semua performa,” kata Komisaris Utama Indonesia Cahaya Cendekiawan (ICC), Koeshartanto, di Jakarta, Sabtu (28/6/2025).
Secara khusus, ICC sebagai pionir pengembangan manusia di Indonesia merilis NeuroFit365, sebuah inovasi spektakuler dalam upaya menyeimbangkan kemampuan otak, mental, dan kompetensi.
“NeuroFit365 (segera disebut QFit365) adalah solusi brain optimization berbasis teknologi qEEG (quantitative EEG) yang kami kembangkan untuk membantu individu dan organisasi memahami pola kerja otak mereka, baik dalam konteks fokus, stres, keseimbangan emosi, maupun potensi kognitif. Ini merupakan era baru pengembangan manusia, di mana setiap orang peduli, merawat, dan memastikan kesehatan otaknya sehari-hari,” terang Koes–sapaan akrab Chairman dan Chief Consultan KTalents.asia ini.

Selama ini, sambung Koes, orang hanya terbiasa memeriksa kesehatan fisik: jantung, paru-paru, tekanan darah. Tapi kesehatan otak hampir selalu terabaikan. Padahal otak adalah pusat semua, baik fokus, emosi, pengambilan keputusan, kreativitas, dan produktivitas.
Karena itu, misi kami sederhana tapi sangat transformatif yakni, menjadi katalis lahirnya era baru pengembangan manusia, di mana setiap orang peduli, merawat, dan memastikan kesehatan otaknya sehari-hari.
Pendekatan yang dilakukan berbasis data otak, bukan intuisi belaka. “Kami mengintegrasikan teknologi qEEG, Organizational Network Analysis (ONA), dan AI coaching untuk memahami ekosistem manusia dalam organisasi secara holistik. Dan semua ini dilakukan dengan semangat membangun teknologi dalam negeri,” beber Koes.
Titik temu
Lebih jauh Koes menerangkan, ICC berdiri di titik temu antara edutech dan healthtech. “Kami percaya, edukasi publik dan teknologi pemeriksaan kebugaran otak harus berjalan beriringan,” yakinnya.
ICC merancang pendekatan yang unik yakni:
- Edukasi dan literasi publik mengenai gaya hidup otak sehat.
- Teknologi “brain peek” yang sederhana, cepat, non-invasif, dan bisa digunakan rutin.
- Fokus utama pada populasi sehat—yaitu orang-orang yang ingin memastikan otaknya dalam kondisi optimal.
Dijelaskan, ICC tidak melakukan diagnosis klinis atau pengobatan medis. Karenanya, jika ada indikasi gangguan neurologis, ICC akan merekomendasikan peserta berkonsultasi dengan dokter spesialis. Jadi batasan sangat jelas.
“Kami membantu individu dan organisasi memahami pola kerja otak mereka, baik dalam konteks fokus, stres, keseimbangan emosi, maupun potensi kognitif. Dengan mengembangkan human energy, maka seseorang akan mampu menemukan potensi yang dimilikinya,” tukasnya. (RN)