Senior Golkar: Tujuan Bernegara Itu Welfare State, Bukan Demokrasi

Politisi Senior Partai Golkar, Capt. Dr. Anthon Sihombing, MM., M.Mar

Jakarta, innews.co.id – Banyak orang salah mengira bahwa menciptakan demokrasi menjadi tujuan bernegara. Padahal, tidak demikian.

“Tujuan kita bernegara adalah mencapai kesejahteraan (welfare state). Sementara demokrasi itu hanya sarana menuju itu,” kata Politisi Senior Partai Golkar, Capt. Dr. Anthon Sihombing, MM., M.Mar, di Jakarta, Senin (2/8/2024).

Karena itu, Anthon mengaku prihatin bila orang mendengung-dengungkan soal demokrasi. “Karena tujuannya mencapai kesejahteraan, maka harusnya tidak terlalu masalah bila ada parpol yang kalah dalam sebuah kontestasi. Jangan malah menuding ini-itu. Kalau kalah ya kalah saja. Sementara yang menang harus berjuang menghadirkan welfare state ditengah masyarakat,” seru politisi senior kelahiran 28 Februari 1952 ini.

Dirinya mengungkapkan, masalah terbesar di bangsa ini datang dari dalam. “Kalau saya lihat soal hubungan dengan luar negeri, Indonesia sudah sangat baik. Namun, hantaman demi hantaman justru datang dari negeri sendiri. Ini juga menjadi pekerjaan rumah pemerintahan yang baru nanti,” tandas Anthon.

Bahkan, dirinya menilai, sosok Prabowo dinilai sudah sangat piawai berhadapan dengan pemimpin-pemimpin negara maju sekalipun.

“Lihat saja gestur Prabowo begitu santai saat berjumpa Vladimir Putin dan pemimpin negara lainnya. Itu menandakan kemampuannya sudah hebat dalam berdiplomasi. Tapi justru tantangan yang akan banyak dihadapi datang dari dalam negeri. Karena itu, dibutuhkan ketegasan dan kedisiplinan, termasuk dari para menteri sebagai pembantu Presiden-Wapres terpilih,” ujar Anthon.

Menurutnya, menteri-menteri yang dipilih haruslah mampu mengimplementasikan visi Presiden terpilih Prabowo Subianto. Untuk itu, dibutuhkan orang yang berani dan tegas dalam mengambil keputusan. “Jangan sampai Presidennya tegas, tapi para pembantunya malah melempem,” cetusnya.

Politisi senior ini berkeyakinan Prabowo Subianto akan mampu memimpin bangsa ini dengan baik dan menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

“Kalau dilihat dari perjalanan politiknya, bisa dikatakan mental Prabowo itu sudah lebih keras dari baja. Jatuh bangun, jatuh lagi, bangkit kembali. Semua ia jalani dengan tanpa mengeluh. Sampai akhirnya ia terpilih menjadi Presiden RI. Beliau orang yang berkecukupan. Itu artinya, kalaupun memimpin negara ini, dirinya hanya mau membangun dan meninggalkan legacy positif bagi bangsa ini,” pungkasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan