Jakarta, innews.co.id – Kian anjloknya daya beli masyarakat semakin kentara. Suasana pasar tradisional yang biasanya ramai di pagi hari, kini tampak lengang. Begitu juga di sejumlah pusat perbelanjaan. Yang muncul justru ‘Rojali’ (rombongan jarang beli) dan ‘Rohana’ (rombongan hanya nanya). Itu menjadi fenomena akhir-akhir ini.
Hal tersebut juga menjadi temuan rombongan KADIN DKI Jakarta yang dipimpin oleh Ketua Umumnya Hj. Diana Dewi, saat mengunjungi sejumlah tempat perbelanjaan.
Di Tanah Abang, yang dikenal sebagai pusat grosir pakaian legendaris si Jakarta, kini tampak lengang. Lalu lintas pembeli yang biasanya padat, kinu justru banyak kios yang tutup. Aktifitas transaksi pun menurun.
“Fenomena ini bukan sekadar perubahan gaya belanja, tapi sinyal kuat bahwa pedagang kecil sedang menghadapi tekanan berat dari pola konsumsi baru dan persaingan pasar yang semakin tajam,” kata Diana Dewi, di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Dari temuan Kadin DKI Jakarta di lapangan, saya memandang pentingnya langkah konkrit. Bukan sekadar insentif sementara, melainkan pembenahan menyeluruh pada ekosistem ritel dan perlindungan UMKM, khususnya dari gempuran barang murah yang tak seimbang dengan daya beli masyarakat.
“Satu per satu suara pedagang yang kami temui menyatakan hal tersebut. Ini menjadi alarm bagi semua pemangku kepentingan. Tanpa intervensi yang tepat, Tanah Abang berisiko kehilangan peran strategisnya sebagai pusat grosir terbesar di Asia Tenggara,” seru Diana Dewi.
Dirinya menegaskan, Kadin DKI Jakarta berkomitmen terus mengawal aspirasi pelaku UMKM dan memperjuangkan perlindungan yang adil, agar denyut ekonomi rakyat tetap hidup dan Tanah Abang kembali menjadi barometer pertumbuhan ritel nasional.
Kunjungi Blok M
Usai dari Tanah Abang, rombongan menuju ke Blok M. Fenomena ‘rojali’ dan ‘rohana’ semakin banyak di pusat perbelanjaan yang memiliki nilai historis tersebut.
“Dari para pedagang kami mengetahui bahwa pengujung yang datang lumayan ramai. hanya saja semakin sedikit yang benar-benar belanja. Fenomena ‘rojali’ dan ‘rohana’ bukan sekadar istilah, tapi cerminan nyata bahwa ekonomi rakyat masih perlu diperjuangkan,” tutur CEO Suri Nusantara Jaya ini.
Bagi Diana, Blok M ternyata masih menyimpan banyak pekerjaan rumah untuk UMKM.
Dikatakannya, revitalisasi pasar memang perlu lebih dari sekadar memperindah tampilan. “Perubahan yang menyentuh akar masalah UMKM dan pedagang tradisional sangat dibutuhkan agar dampaknya benar-benar terasa,” tukasnya.
Menurutnya, temuan dan suara dari lapangan ini seharusnya menjadi pengingat bahwa perubahan nyata membutuhkan solusi konkrit, bukan sekadar wacana.
“Kadin DKI Jakarta siap mendorong langkah-langkah strategis bersama seluruh pemangku kepentingan agar revitalisasi pasar benar-benar membawa manfaat bagi UMKM dan pedagang tradisional di Jakarta,” pungkasnya. (RN)













































