Jakarta, innews.co.id – Banyak pihak menilai, mencuatnya kembali nama Budi Arie Setiadi sebagai pihak penerima aliran dana dari judi online (judol) semasa dirinya menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital, kental bermuatan politis. Ibarat lagu lama yang kasetnya sudah rusak.
“Justru di era Pak Budi sebagai Menkomdigi, pemberantasan judol begitu masif. Upaya menghapus situs-situs judol terus dilakukan 24 jam penuh,” kata Wakil Ketua Umum relawan Prabowo Seknas Indonesia Maju (SIM), Teddy Mulyadi, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Dikatakannya, judol ini ibarat mati satu tumbuh seribu. Artinya, dengan segala keterbatasan personil di Komdigi tentu bukan perkara mudah untuk menghapus semua sekaligus.
“Jangan justru diplintir seolah-seolah Pak Budi menerima aliran dana dari judol hanya gegara masih ada judol yang beroperasi,” ujar mantan aktifis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini.
Dirinya menduga, ada pihak-pihak yang dengan sengaja melontarkan isu-isu miring untuk mengganggu Pemerintahan Prabowo Subianto. “Jangan langsung berasumsi yang tidak-tidak. Itu bisa masuk kategori pembunuhan karakter,” tegas mantan Ketua Seknas Jokowi Jabodetabek tersebut.
Sementara itu, Ketua SIM Monisyah sependapat dengan hal tersebut. “Spirit pemberantasan judol menjadi salah satu concern Budi Arie semasa menjadi menteri,” imbuhnya
Keyakinan SIM diperkuat oleh testimoni terdakwa Zulkarnaen Apriliantony di muka persidangan yang menyatakan bahwa Budi Arie tidak mengetahui sama sekali praktik melindungi situs judol oleh beberapa pegawai Komdigi.
“Dia tidak tahu sama sekali. Saya bisa pertanggungjawabkan, dunia akhirat. Itu saja,” tukasnya. (RN)