Jakarta, innews.co.id – Tokoh muda Papua Yance Mote mendukung keberadaan tenaga medis di Rumah Sakit Kemenkes di Papua sebanyak 70% adalah orang asli Papua (OAP).
Yance mengatakan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, sudah menegaskan kewajiban rekrutmen tenaga kerja, terutama di RS UPT Vertikal Papua, dimana minimal 70% orang asli Papua, baik melalui jalur CPNS maupun tenaga kontrak.
“Ini sudah amanat UU, kenapa tidak dijalankan oleh pihak terkait?” tanya politisi Partai Golkar ini, dalam pernyataan resminya, Minggu (22/6/2025).
Dia menambahkan, pihaknya tidak anti dengan orang dari luar Papua. Hanya saja, UU menyatakan demikian yang artinya, memberi kesempatan kepada OAP untuk bisa berkiprah di RS UPT Vertikal Papua.
Baginya, OAP harus lebih banyak diberi kesempatan karena faktanya sudah semakin banyak anak Papua yang mengenyam pendidikan tinggi.
“Ini bukan bicara soal persaingan dalam proses rekruitmen, tapi pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada OAP. Kita harus percayakan pelayanan tenaga medis kepada dokter dan perawat asli Papua,” tukasnya.
Dia mengingatkan, jangan porsi OAP digeser ke pihak lain atau menganggap orang Papua belum mampu. “Berikan kesempatan dan pengalaman kepada OAP untuk berkarir, apalagi di tanahnya sendiri. Jangan dibatasi. Itu akan mematik anak-anak Papua lainnya maju karena merasa dihargai. Kalau pun perlu ada supervisi, silahkan, tapi bukan berarti diabaikan keberadaan OAP ini,” serunya.
Sebelumnya, Ketua DPRP, Denny Bonay, ST., dalam tayangan vudeo yang beredar di media sosial, dalam sebuah rapat tampak marah besar kepada pihak pemerintah karena dari 529 tenaga medis yang direkrut untuk kebutuhan RS UPT Vertikal Papua, hanya 9 orang yang OAP, selebihnya orang dari luar.
“Ini benar-benar keterlaluan. Tidak ada keberpihakan terhadap OAP yang juga sudah diatur dalam Perda Nomor 4 tahun 2013,” ujarnya dengan suara lantang.
Menurutnya, Papua sudah punya lulusan kedokteran, bidan, dan perawat. “Apa lagi yang kurang? Dan, kenapa tidak diakomodir? Tidak bisa, harus minimal 70% OAP. Di sini masih banyak dokter-dokter Papua yang non-job. Mereka itu yang harus direkrut untuk mengisi jabatan-jabatan yang ada,” tandasnya.
Dia mengaku mendapat laporan, banyak lulusan Universitas Cendrawasih (Uncen) sulit ikut proses rekrutmen CPNS. “Justru harusnya RS UPT Vertikal Papua kerjasama dengan Uncen dan memprioritaskan,” pungkasnya. (RN)