Calon Komisioner Dieliminir, Setia Alam Minta Pansel Kompolnas dan BNPT Terbuka

Nur Setia Alam Prawiranegara, salah satu peserta tes Calon Komisioner Kompolnas, mengaku terpukul dengan catatan BNPT dan Pansel Kompolnas

Jakarta, innews.co.id – Bak petir di siang bolong, saat Nur Setia Alam Prawiranegara mendapat kabar dirinya tidak lolos tes asesmen untuk menjadi Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Pasalnya, tiga tes sebelumnya berhasil ia lalui dengan hasil memuaskan. Saat pengumuman tes ke-4, meski hasilnya signifikan, namun Setia Alam dinyatakan tidak lulus karena ada catatan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yakni, “Peserta dan atau keluarganya terafiliasi radikalisme dan teroris”.

Sontak Setia Alam bereaksi. “Dari 7 anggota Pansel memberikan saya nilai 75, dari Kemenkopolhukam 80, nilai lainnya 72 dan 68,3 jadi total 660,3. Saya masuk rangking 3 dari 107 peserta untuk menghasilkan 50 orang,” katanya, di Jakarta, (9/09/2024).

Hasil tes psikotes juga bagus, total nilai 57, berada di rangking 11. Pada tes ke-4, Setia Alam mengikuti beberapa ujian antara lain, problem analisis, diskusi kelompok, wawancara dan pengisian form isian untuk memberikan CV terkait aktivitasnya, serta psikometrik. “Nilai saya untuk tes terakhir 71,8, clean dan potensial,” akunya.

Setia Alam mengaku, setelah mendapat info dirinya tak lulus tes, dirinya langsung meminta klarifikasi dan hanya dijawab singkat hanya dibilang terafiliasi radikalisme. Ada keluarganya yang terafiliasi akun teroris.

“Tidak ada klarifikasi atau wawancara dengan saya terkait hal tersebut. Padahal, BNPT memberikan disclaimer untuk melakukan wawancara dan klarifikasi ke saya,” tukasnya.

Setia Alam meminta Pansel Kompolnas dan BNPT memberikan klarifikasi

Dirinya mengaku sangat terganggu dan keberatan atas tuduhan tersebut dan meminta Pansel Kompolnas dan BNPT mengklarifikasinya ke hadapan publik.

“Keluarga kami berasal dari Sunda, tidak pernah tercatat sebagai kelompok radikal dan teroris. Bahkan selama ini kami mengabdi untuk NKRI. Saya pribadi telah menghibahkan tenaga, pikiran, dan harta serta untuk membantu masyarakat, khususnya perihal kekerasan terhadap perempuan,” jelasnya.

Dengan tegas Setia Alam mengatakan, catatan BNPT yang hanya dikerjakan dalam dua hari tersebut telah merusak kredibilitas diri dan keluarganya. “Hanya dua hari, saya yang sudah 24 tahun saya sebagai advokat ‘digoreng’ dengan tuduhan teroris dan radikal tanpa konfirmasi. Padahal dalam catatan BNPT itu jelas ada disclaimer untuk melakukan konfirmasi dan wawancara terkait catatan itu, Pansel tidak melakukannya,” ucap Alam menyayangkan.

Lebih ekstrem lagi, konon kabarnya, Setia Alam disebut memiliki jejak digital mengikuti akun penceramah Ustad Abdul Somad. BNPT merekomendasi namun tidak dikonfirmasi ulang kepada dirinya. “Sepengetahuan saya, mengenai radikalisme itu ada beberapa kategori yakni, ada paham, ada pernyataan, ada tindakan hukum keputusan pengadilan. Saya tidak memiliki keempatnya. Pemikiran ideologi untuk menjadi radikal dan teroris kemudian pernyataan tersebut tidak ada bahkan keputusan pengadilan pun,” terang pendiri Indonesia Feminist Lawyers Club (IFLC) ini.

Untuk itu, dirinya meminta BNPT dan Pansel Kompolnas untuk segera mengeluarkan surat clear glitter demi nama baik diri dan keluarga besarnya. “Jelas ini fitnah, baik buat saya maupun Ustad Abdul Somad yang dilakukan oleh Pansel dan BNPT. Bagaimana dengan 9,7 juta orang yang memfollow akun Abdul Somad? Ini harus diluruskan,” tukasnya.

Penjelasan Pansel

Sementara itu, salah satu anggota Pansel Kompolnas, Edi Saputra Hasibuan mengatakan, “Kami tidak pernah sebutkan yang bersangkutan (Setia Alam) tidak lolos karena ada catatan dari BNPT. Yang kami sampaikan kemarin, yang bersangkutan tidak lulus karena memang tidak lolos tes asesmen”.

Dijelaskan bahwa tes asesmen itu mandiri dan independen. “Intinya, kami tidak bicara hasil BNPT. Kami menilai yang bersangkutan orang baik. Tapi kebetulan, dia tidak lolos asesmen, seperti calon lainnya. Karena kami harus memiliki yang terbaik di antara yang baik untuk diajukan 12 nama ke Presiden RI,” beber Edi, menjawab pertanyaan innews, hari ini.

Secara khusus, sambung Edi, Pansel menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang sudah ikut berpartisipasi sebagai calon Komisioner Kompolnas. “Pansel juga minta maaf tidak bisa meloloskan semua calon Kompolnas yang ikut berpartisipasi,” pungkasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan