Jakarta, innews.co.id – Bagi sebagian orang, cacing tanah kerap menjadi hewan yang menjijikkan. Namun, ditangan Lilis Suhartini (36 tahun), ibu rumah tangga asal Pangalengan, Jawa Barat, cacing tanah justru merupakan tambang rupiahnya.
Tanpa ragu-ragu, Lilis mengatakan, dari bisnis cacing di halaman belakang rumahnya itulah dia bisa membeli rumah dan kendaraan.
Lilis yang bergabung menjadi mitra Amartha adalah sosok perempuan tangguh yang menjalankan usaha budidaya dan pemasok bubuk cacing. Usaha budidaya cacing telah dirintisnya sejak 13 tahun silam. Meski lahannya tidak terlalu luas di Desa Margamekar, namun dirinya bisa memperoleh pendapatan Rp 100 juta per bulannya.
Ternak cacingnya didukung udara sejuk dan ditunjang unsur hara tanah yang juga berguna menunjang pertanian dan peternakan.
Sejatinya, usaha ternak cacing Lilis menjadi bagian dari rantai alami, di mana cacing menjaga ekosistem dengan menyuburkan tanah, sementara limbah organik peternakan cacing bisa menjadi pupuk alami. Siklus ini menjadikan budidaya cacing sebagai usaha yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Bersama suami
Lilis mengelola bisnisnya bersama dan suami, Hendi Rustandi, dibantu dua karyawan yang mengurus mulai dari pembibitan hingga panen.
Awalnya, Lilis hanya menjual cacing hidup ke kenalannya yang bekerja di pabrik farmasi. Namun, kenalannya menawarkan agar Lilis dan suaminya mengembangkan variasi produk, seperti cacing kering dan bubuk cacing.
Soal mutu cacing dilakukan sejak awal. Cacing yang dipanen dibawa ke rumah produksi yang terletak tak jauh dari situ, hanya beberapa langkah dari pekarangan belakang rumah Lilis.
Diterangkan, cacing-cacing yang telah dipanen dipisahkan dari tanah secara manual dengan tangan. Setelah dipilah, cacing dicuci dengan air mengalir berulang kali hingga benar-benar bersih.
Cacing segar merupakan kunci utama agar cacing dapat tahan lama. Lilis melakukan pengeringan menggunakan oven berukuran sedang yang membuat proses pengerjaan menjadi memakan banyak waktu dan berdampak pada kualitas yang dihasilkan.
Upaya mengembangkan usahanya coba dilakukan. Salah satunya mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa untuk mendapatkan modal. Sayangnya, modal yang diterima tidak utuh dan ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.
Gabung Amartha
Pada 2023, Lilis diajak bergabung ke Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai Rp 4 juta yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat. Kini, ia memiliki empat karyawan.
Begitu cacing kering sempurna, dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis Lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp 200 ribu.
Sementara cacing berukuran besar atau jenis Perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di e-commerce. Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp 250 ribu.
Selain mendapat bantuan dana, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.
“Ibu juga jualan di online buat yang bubuk cacing. Kalau online yang beli dari mana-mana, baik dari Jawa Tengah sampai Flores,” jelasnya.
Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. (RN)