Jakarta, innews.co.id – Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7% yang terjadi Selasa kemarin, tentu dipengaruhi oleh banyak faktor.
“Patut diduga penyebab melorotnya IHSG adalah terjadi defisit Rp 31,2 triliun atau 0,13% dari realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Februari 2025 lalu,” kata pengusaha sukses Diana Dewi, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Cukup dalamnya merosot IHSG merupakan titik anjlok terendah sejak pandemi Covid-19 lalu. Begitu dalamnya anjlok IHSG sampai-sampai BEI sampai harus menghentikan sementara perdagangan saham.
Dikatakannya, defisitnya realisasi APBN ini juga disebabkan karena setoran pajak yang mengalami kontraksi sebesar 30% atau sebesar Rp 269,02 triliun. Turunnya penerimaan pajak menunjukkan lemahnya aktifitas bisnis.
Penyebab lainnya, terjadi pelemahan ekonomi domestik, di mana daya beli masyarakat belum terdongkrak naik, khususnya dari kalangan menengah. Juga ada ketidakpastian regulasi. Lemahnya daya beli masyarakat juga mengakibatkan turunnya permintaan barang.
Faktor lainnya adalah ketegangan geopolitik global serta munculnya kekhawatiran pasar terhadap resesi di Amerika Serikat yang terus meningkat.
Pengaruh besar
Kondisi demikian sangat berpengaruh pada pengusaha serta investor. Apalagi pwngusaha harus menyiapkan extra budget untuk membayar THR karyawan dan keperluan lainnya, jelang Idul Fitri.
Dikhawatirkan muncul sentimen kekhawatiran terhadap ekonomi Indonesia dan pasar keuangan dalam negeri.
Ini kian diperparah dengan prediksi Goldman Sachs, sebuah perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika yang berkantor pusat di New York City, yang memperkirakan rupiah akan menjadi mata uang terburuk di Asia dalam waktu dekat.
“Para pengusaha tentu akan lebih mengerem produksi atau menahan barangnya agar tidak membanjiri pasar ditengah lemahnya daya beli masyarakat,” ujar Diana.
Intinya, sambung Diana, pemerintah harus gerak cepat (gercep) mengatasi masalah tersebut agar tidak terjerembab semakin dalam.
Founder Toko Daging Nusantara ini mengusulkan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah yakni:
1. Menjaga stabilitas inflasi: salah satunya dengan menghindari kenaikan suku bunga yang tidak terkendali.
2. Mengurangi suku bunga: penurunan suku bunga bertujuan meningkatkan likuiditas di pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Mengintervensi pasar valuta asing: Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan intervensi pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
4. Meningkatkan belanja negara
5. Mengurangi defisit anggaran: tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas fiskal.
6. Meningkatkan insentif untuk investasi: Pemerintah dapat memberikan tax holiday atau insentif pajak lainnya, untuk mendorong investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. (RN)













































